Allah Tidak Butuh Ibadah Kita

Ibadah. Sepotong kata yang berasal dari negeri jazirah dan telah tersisip sebagai perbendaharaan dari kosa kata Bahasa Indonesia. Mayoritas anak negeri ini -kalau tidak semuanya- sudah akrab telinganya mendengar kata-kata ini. Ibadah. Bahkan sekarang kata ini sudah lintas agama. Artinya hampir semua agama atau bahkan seluruhnya mengenal dan akrab dengan sepotong kata ini. Ibadah.

Kalo seseorang ditanya, apa sih definisi dari ibadah tersebut? Maka yang ditanya mungkin akan mengerenyitkan dahinya, memandang kepada penanya tanpa kedip menyiratkan bentuk keheranan seolah berkata “Aneh benar ni orang, gini hari kagak ngerti apa itu ibadah?”  Mungkin dia pikir, ibadah adalah kata yang sudah dimaklumi oleh banyak orang sehingga bukan hal yang bijak untuk menjawab pertanyaan terhadap suatu hal yang sudah dimaklumi ini. Seperti misalnya air. Air ya air. Tidak ada kata yang bisa mendefinisikan secara tepat dan sempurna apa itu air. Dan bahkan kalau didefinisikan malah akan membuat orang bingung.

Hmm, reaksi demikian adalah kewajaran. Toh kata ini sudah demikian akrabnya.

Tapi, apa itu ibadah?

Lho kok pertanyaannya tak bergeming?

Ya. Mungkin ada reaksi lain ketika mendengar pertanyaan ini selain reaksi di atas. Mungkin yang ditanya tersentak kaget, diam beberapa saat tanpa sepatah katapun yang terucap, terkesiap, seolah baru tersadarkan dari dunia mimpi dan pikirannya terusik, ekspresi wajahnya memperlihatkan sebuah kebingungan yang tak wajar,

“Apa ya?” Begitu akrabnya kata ini di telinga kita sehingga seolah kita sudah sangat paham maknanya. Tapi ketika telinga kita disentak dengan pertanyaan yang mungkin tak pernah terduga ini sadarlah kita ternyata banyak dari kita yang tidak bisa mendefinisikan kata ibadah ini. Okelah, kita bisa menyebutkan contoh. Kita bisa menjawab ibadah itu adalah sholat, puasa, zakat, sedekah, haji, dzikir dan lain-lain. Tapi itu bukan definisi! Itu adalah contoh!

Lalu apa?

Sabarlah! Memang artikel ini ditulis untuk itu. Maka bersiaplah!

Sebuah nama yang mencakup semua perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baik berupa perbuatan atau perkataan, baik secara lahir atau secara batin.

Itulah ibadah.

Allah memerintahkan kita untuk sholat, maka pastilah sholat adalah suatu yang dicintai Allah sehingga sholat adalah ibadah karena dia dicintai Allah.

Allah mencintai orang-orang yang bertaubat maka bertaubat adalah amal ibadah di sisi Allah. Begitu seterusnya.

Atau kalau mau kita rinci bisa kita katakan:

Setiap perbuatan yang sangat agung di sisi Allah dan RasulNya, atau Allah perintahkan, atau Allah puji perbuatan tersebut, atau memuji pelakunya, atau gembira terhadapnya, atau Dia cintai, atau Dia cintai pelakunya, atau Allah ridho terhadap perbuatan tersebut, atau ridho terhadap pelakunya, atau Allah sifatkan sebagai sesuatu yang baik, atau dengan keberkahan, atau dengan sifat yang bagus, atau menjadikannya sebagai sebab kecintaan Allah atau sebab mengalirnya pahala Allah, atau perbuatan itu sebagai sebab Allah menyebutkan hambanya, atau sebab syukurnya Allah, atau sebab untuk mendapatkan petunjukNya, atau sebab untuk mendapatkan ridho Allah, atau pelakunya disifati dengan kebaikan, atau Allah sifatkan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang ma’ruf, atau Allah hilangkan kesedihan dan ketakutan dari sang pelaku, atau Allah janjikan keamanan bagi pelakunya, atau Allah jadikan sebab untuk pertolongan Allah, atau Allah khabarkan bahwa para rasul berdo’a untuk mendapatkannya, atau Allah sifatkan bahwa perbuatan tersebut adalah bentuk pendekatan diri kepadaNya, atau Allah bersumpah atas nama perbuatan tersebut atau dengan pelakunya, atau Allah tertawa dari pelakunya, atau Allah kagum terhadapnya, maka ini semua menunjukkan bahwa perkara tersebut disyariatkan untuk dilakukan apakah wajib atau sunnah. Semua perbuatan yang masuk salah satu dari kriteria-kriteria di atas, maka dia adalah ibadah.

Akan tetapi jika suatu perkara atau perbuatan tidak termasuk dari satu kriteria pun, maka perbuatan tersebut bisa haram, makruh atau mubah kalau tidak ada larangan padanya. Meninggalkan suatu perbuatan yang haram dan makruh adalah juga bentuk ibadah.

Maka dari definisi dan rincian di atas, maka banyak sekali bentuk amalah ibadah yang bisa kita dapatkan. Do’a, rasa takut, pengharapan, tawakkal, kekhusyukan, meminta pertolongan, meminta perlindungan, penyembelihan, nadzar, taubat, bersuci, berwudhu’, penyandaran diri, sholat, puasa, berdzikir, dzakat, haji, umroh, memelihara jenggot, menolong sesama, nikah, ta’at kepada orang tua, ta’at kepada pemerintah, jihad, menuntut ilmu, membaca Al Qur’an, taqwa, menutup aurat,dan lain sebagainya adalah termasuk ibadah. Selama memenuhi salah satu dari kriteria di atas.

Bahkan, sesuatu yang sifat dasarnya adalah mubah. Artinya boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan tanpa ada janji pahala di kedua hal. Kemudian dia niatkan  untuk sesuatu hal yang baik, maka sesuatu yang mubah atau boleh tadi bisa menjadi nilai ibadah baginya. Misalnya kalo dia meniatkan makan dan minumnya dalam rangka untuk memberi gizi dan vitamin agar tubuh kuat dalam beribadah. Maka dengan sebab niatnya ini makan dan minumnya menjadi ibadah baginya.

Subhanallah! Ternyata banyak sekali pintu kebaikan ini. Banyak sekali jalan bagi kita untuk merealisasikan tujuan dari penciptaan kita ini. Bahkan, kalau kita bisa mengoptimalkannya, maka setiap derap langkah kita bisa menjadi bentuk ibadah yang sangat bernilai. Tentu saja, dengan aturan-aturan syar’i  yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sempurna.

Subhanallah! Alangkah indahnya seandainya kita sudah berhasil merealisasikan tujuan penciptaan kita ini. Berupa peribadahan terhadap Dzat yang telah menciptakan kita, memelihara kita, dan memberikan nikmat yang sungguh tidak terhitung kepada kita, yang menjaga kita, yang memberi hidayah kepada kita. Sungguh lezatnya ketika seluruh aspek gerak kehidupan kita bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala. Apalagi kalau kita melihat lebih lanjut, ibadah yang kita lakukan, sisi kemanfaatannya tidak kembali kepada Allah Ta’ala. Jangan sampai ada yang mengira bahwasanya Allah butuh dengan ibadah kita. Allah Maha Kaya tidak butuh sedikitpun kepada makhlukNya. Beribadah atau tidaknya kita tidak membuat Allah untung atau rugi. Justru, sisi kemanfaatan ibadah tersebut kembali kepada hamba itu sendiri. Allah perintahkan kita untuk beribadah kepadaNya bukan karena Allah butuh akan ibadah kita. Siapa kita hingga Allah butuh kepada kita dan ibadah kita. Tapi camkanlah bahwa ibadah yang engkau lakukan, engkaulah yang akan merasakan manfaatnya!

Wabillahi at Taufiq.